Bekti-medicastore.com
21-12-2011

Hapus Stigma Negatif Terhadap Penyandang Epilepsi

Penyakit epilepsi / ayan / sawan mungkin telah dikenal sejak lama oleh masyarakat. Tetapi, meskipun demikian masih banyak juga masyarakat yang kurang memahami mengenai penyakit tersebut sehingga memberikan stigma negatif terhadap penyandang epilepsi. Epilepsi sendiri dapat terjadi pada setiap orang di berbagai tingkatan usia, mulai dari bayi hingga lanjut usia.

 

Yang dimaksud dengan epilepsi adalah bangkitan / seizures yang telah terjadi > = 2 kali. Ketika terjadi suatu serangan epilepsi, maka aktifitas listrik di otak kita menjadi abnormal. Akibatnya terlihat serangan-serangan berupa kejang atau bentuk lainnya, seperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran dan perubahan-perubahan lain

 

Gambaran Gejala-gejala Epilepsi

 

 

Meskipun bangkitan / seizures yang kerap diketahui oleh masyarakat awam adalah kejang, tetapi sebenarnya jenis bangkitan yang terjadi dapat berbeda-beda tergantung dari jenis epilepsinya.

 

Jenis-jenis Epilepsi

 

Epilepsi sendiri dibagi menjadi dua bagian berdasarkan jenis serangannya, yaitu epilepsi umum (terjadi pada kedua sisi tubuh, disertai dengan gangguan kesadaran) dan epilepsi parsial (hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh, tidak disertai dengan gangguan kesadaran).

 

Jenis serangan yang termasuk dalam epilepsi umum adalah :

  • Petit mal : Pasien tampak hilang kesadaran sesaat (bengong), biasanya berlangsung hanya beberapa detik saja.
  • Grand mal : Berupa kejang kelojotan seluruh tubuh yang kadang disertai mulut berbusa.
  • Tonik : yaitu serangan berupa kejang / kaku seluruh tubuh.
  • Atonik : yaitu serangan berupa tiba-tiba jatuh seolah-olah tidak ada tahanan.
  • Mioklonik : berupa kontraksi dari salah satu atau beberapa otot tertentu.

 

Sedangkan, jenis serangan yang termasuk dalam epilepsi parsial adalah :

  • Parsial sederhana : contohnya pasien hanya tiba-tiba merasa mual / rasa tidak enak di ulu hati yang menjalar keatas kadang diikuti nyeri kepala atau tiba-tiba merasa cemas, dan ketakutan yang biasanya berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit saja. Tetapi pada serangan ini pasien tidak mengalami gangguan kesadaran.
  • Parsial kompleks : sama seperti diatas, tapi serangan ini juga dapat diikuti dengan adanya gangguan kesadaran.
  • Serangan umum sekunder : yang merupakan perkembangan dari parsial sederhana atau kompleks menjadi umum.

 

Selain yang telah disebutkan diatas, terdapat juga jenis catamenial epilepsy yang menyerang wanita dengan serangan berulang pada periode menstruasi. Wanita yang mengidap epilepsi jenis ini mengalami tingkat emosi yang meningkat tajam pada saat menstruasi.

 

Penyebab & deteksi dini epilepsi

 

Penyebab epilepsi dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok utama: simtomatik, epilepsi idiopatik, atau kriptogenik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini :

 

1. Epilepsi simtomatik

Disebabkan oleh cedera kepala, infeksi seperti meningitis, otak tidak berkembang dengan baik, stroke, atau tumor. Untuk mengetahui penyebab epilepsi, pemindai seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat digunakan untuk menunjukkan penyebabnya. Selain itu, penyakit epilepsi ada juga yang disebabkan karena adanya kelainan struktural dalam otak dan organ lainnya.

 

2. Epilepsi idiopatik

Penyebabnya tidak diketahui.

 

3. Epilepsi kriptogenik

Penyebab epilepsi ini masih belum dipastikan dan masih dalam proses penelitian.

 

 

Epilepsi yang terjadi pada bayi & anak-anak, diduga dapat disebabkan sejak dalam masa kehamilan (didalam kandungan). Gangguan yang dialami ibu pada masa kehamilan seperti infeksi, demam tinggi, malnutrisi berpengaruh pada kerentanan bayi terhadap kejang. Proses persalinan yang sulit, kurang atau telat bulan dapat mengakibatkan otak janin kekurangan zat asam, atau gangguan otak janin lainnya seperti infeksi atau radang selaput otak, cedera akibat benturan fisik/trauma dan tumor atau kelainan pembuluh darah pada otak juga dapat menyebabkan janin berpotensi mengidap epilepsi.

 

Sedangkan epilepsi yang terjadi pada orang dewasa / lanjut usia, kebanyakan disebabkan karena adanya trauma / cedera pada kepala, terkena serangan stroke dll.

 

Dengan mengetahui & mengenali gejala-gejala dari penyakit epilepsi, maka penyakit epilepsi dapat dideteksi & ditangani sejak dini sehingga dapat meningkatkan tingkat kesembuhan penyandang epilepsi.

 

Hapus stigma negatif terhadap penyandang epilepsi

 

Penyakit epilepsi sendiri dapat dikendalikan. Dengan pengobatan yang teratur & tepat, penyakit epilepsi bahkan dapat disembuhkan secara total. Tetapi hingga saat ini, karena ketidak tahuan masyarakat mengenai penyakti epilepsi, masih banyak ditemukan adanya stigma negatif terhadap penyandang epilepsi. Misalnya dengan menganggap epilepsi merupakan penyakit akibat guna-guna/ilmu hitam atau mengira bahwa epilepsi dapat ditularkan melalui air liur.

 

Stigma-stigma negatif tersebut membuat penyandang epilepsi kerap mengalami diskriminasi, baik dalam hal mendapatkan pelajaran (bersekolah), pekerjaan hingga untuk menikah & berumah tangga. Masih banyaknya anggapan bahwa, penyakit epilepsi dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya juga sangat membebani penyandang epilepsi, terutama bagi mereka yang ingin menikah/berumah tangga. Padahal hanya sekitar 1 % dari total penyandang epilepsi di Indonesia yang diturunkan secara genetika, itu pun tidak diketahu penyebab jelasnya.

 

Penting juga bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga penyandang epilepsi untuk tidak menutup-nutupi penyakit tersebut sehingga si penyandang epilepsi memiliki kesempatan untuk diobati. Hal ini karena penyakit epilepsi, sama seperti penyakit kronis lainnya dapat disembuhkan & dikendalikan, asalkan pasien meminum obatnya secara teratur sesuai anjuran dokter. Sehingga, dengan demikian penyandang epilepsi pun akan dapat memiliki kehidupan yang sama & kesempatan yang sama juga untuk bisa berprestasi seperti yang lainnya.

 

 

"Ayo, hapus stigma negatif tentang epilepsi pada penyandang epilepsi !!"