Bekti-medicastore.com
02-05-2012

Sering Bertindak Secara Impulsif Waspadai Gangguan Bipolar

Arti kata impulsif menurut kamus bahasa Indonesia adalah bersifat atau bertindak cepat & secara tiba-tiba menurut gerak hati. Jadi kebiasaan untuk bertindak secara impulsif adalah melakukan tindakan yang tiba-tiba sesuai keinginan hati. Contohnya seperti  belanja secara impulsif atau impulsive buying adalah suatu kebiasaan dimana seseorang tiba-tiba membelanjakan sesuatu barang yang tidak dibutuhkan tanpa rencana, biasanya dalam jumlah besar & hal tersebut dapat terjadi berulang-ulang. Lalu apa hubungannya antara bertindak secara impulsif dengan gangguan bipolar ?. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dibawah ini.

 

Narasumber dalam acara seminar media tentang gangguan bipolar

 

 

 

Menurut dr. AAA Agung Kusumawardhani, SpKJ (K), Kepala Departemen Psikiatri FKUI/RSCM pada acara seminar media tentang Gangguan Bipolar pada hari Rabu, 25 April 2012 Kemarin. Yang dimaksud dengan gangguan bipolar adalah gangguan jiwa yang bersifat episodik (berulang dalam rentang waktu tertentu) & ditandai dengan gejala perubahan mood (alam perasaan) yang drastis. Gangguan bipolar ini sering tidak terdeteksi karena mempunyai tampilan gejala yang bervariasi & tumpang tindih dengan gangguan kejiwaan lainnya seperti misalnya skizofrenia.

 

Pada gangguan bipolar terdapat 5 episode mood (alam perasaan) yang terjadi, dimana perubahan mood bisa terjadi dengan sangat cepat. Kelima mood tersebut adalah :

 

  • Manik, ditandai dengan : perasaan gembira yang berlebih, tidak bisa diam/selalu bergerak, banyak bicara, memiliki perilaku yang beresiko, boros
  • Depresi, ditandai dengan : terlihat murung, mengurung diri, memiliki keinginan bunuh diri
  • Campuran, ditandai dengan : mengalami episode manik & depresi secara berulang-ulang
  • Hipomanik, ditandai dengan : mengalami peningkatan mood tapi tidak mengganggu, menjadi lebih produktif
  • Eutimik, ditandai dengan : mood (alam perasaan) yang normal, sering disebut juga dengan fase bebas

 

Pada saat seorang penderita gangguan bipolar mengalami fase manik/mania, maka seringkali ia terlihat seperti orang yang terlihat gembira secara berlebihan, selalu semangat seakan tidak pernah lelah, hanya tidur dalam waktu sedikit atau bahkan tidak tidur sama sekali, sering  melakukan tindakan yang beresiko termasuk diantaranya suka melakukan tindakan secara impulsif. Tetapi bukan berarti semua orang yang suka melakukan tindakan secara impulsif adalah orang yang memiliki gangguan bipolar. Diagnosa gangguan bipolar harus dilakukan dengan cermat & hati-hati, termasuk dengan dengan cara melakukan wawancara klinis.

 

Dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Agung, “Terdapat rumus “tiga” yang dapat digunakan untuk memprediksi bipolaritas pada seseorang.  Caranya adalah dengan melihat apakah seseorang  memiliki 3 dari hal-hal berikut ini, yaitu :

 

  • mengalami episode depresi mayor
  • mengalami  kegagalan perkawinan
  • mengalami  kegagalan berespons terhadap antidepresan
  • mengalami  memiliki profesi yang berbeda
  • memiliki saudara kandung (generasi pertama) yang menderita gangguan mood
  • terindikasi mengalami  penyalahgunaan zat
  • memiliki perilaku impulsif (berjudi, mengemudi mobil dengan sangat cepat, melakukan seks yang beresiko, boros)
  • berpacaran secara simultan
  • mempunyai pekerjaan simultan
  • terdiagnosis memiliki gangguan kepribadian, histronik, psikotik atau ambang  
  • serta sangat menyukai benda2 atau aksesoris berwarna meriah seperti merah.

 

Bila seseorang memiliki tiga atau lebih dari kategori tersebut diatas, maka ada kemungkinan  orang tersebut memiliki gangguan bipolar.

 

Bila sudah ada seseorang tanda-tanda mengalami gangguan bipolar (GB), maka sebaiknya orang tersebut atau keluarganya segera mencari bantuan ahli yang tepat. Karena sebenarnya gangguan bipolar ini dapat dikendalikan, sehingga orang yang mengalaminya dapat kembali hidup secara normal & bermanfaat bagi dirinya, keluarga ataupun masyarakat luas.

 

Meskipun penyebab pasti dari gangguan bipolar ini masih belum jelas, tetapi diperkirakan berhubungan dengan sistem kimiawi di otak, terutama sistem dopaminergik, serotonergik & noradrenergik yang tidak seimbang sehingga menyebabkan terjadinya kekacauan. Untuk menyeimbangkan kembali zat-zat kimia alami otak tersebut, maka diperlukan obat yang dapat membantu otak agar semua sistemnya bekerja secara harmonis, dan secara bertahap tercapai keseimbangan diantara zat-zat kimia alami otak. Obat yang dapat menyeimbangkan kembali sistem kimia otak ini disebut dengan mood stabilizer. Demikian disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Tuti Wahmurti A. Sapiie, SpKJ (K), Perwakilan Majelis Kehormatan Profesi PDSKJI dalam acara tersebut.

 

Keterlambatan & salah memberikan diagnosa pada pasien gangguan bipolar dapat sangat merugikan & berbahaya. Karena orang yang mengalami gangguan bipolar mempunyai kecenderungan untuk melakukan bunih diri, terutama bila sedang mengalami fase depresi & kecenderungan untuk melakukan tindakan yang beresiko seperti mengebut, mengkonsumsi narkoba & melakukan seks bebas saat mengalami fase manik. Padahal dengan pengobatan & terapi yang tepat, orang yang mengalami gangguan bipolar dapat hidup dengan baik secara normal. Oleh karena itu diharapkan masyarakat dapat lebih jeli melihat gejala-gejala gangguan bipolar yang terjadi, sehingga bisa didiagnosa sejak dini & diberikan pertolongan yang tepat.