Masyarakat khususnya orang tua maupun guru-guru diharapkan agar mencermati kandungan nutrisi dalam jajanan anak selain juga kadar higienitas jajanan tersebut serta kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP) atau food additive seperti pewarna sintesis, pengawet berlebih, yang melewati batas uji dari BPOM, memungkinkan timbulnya masalah kesehatan, seperti reaksi alergi pada kulit maupun saluran napas. Selain itu dapat menyebabkan perlukaan pada lambung ataupun gejala lain seperti migrain, kelelahan, kesulitan tidur, mual dan muntah, tidak nafsu makan, diare, serta dampak jangka panjang yang dapat merusak fungsi hati.
Para Pembicara Acara Seminar
http://medicastore.com
Komposisi kandungan nutrisi dalam jajanan anak sekolah harus dicermati karena maraknya kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya dalam jajanan anak. Konsumsi pangan atau minuman yang mengandung BTP ini dapat menyebabkan gangguan pada organ dan sistem tubuh anak, sehingga proses tumbuh kembang anak tidak berjalan dengan optimal.
“Jajanan anak sangatlah rentan terhadap kandungan berbahaya. Seperti boraxs, formalin, rhodamin, dan methanol yellow,” begitu kata Dr. Kanti Herawati, Kepala Bidang SD dan PLB Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, pada seminar Cermati Komposisi Kandungan Nutrisi dalam Jajanan Anak di Gedung Perfilman Kuningan, Jakarta, (17/9).
Jajanan Anak Sekolah
http://medicastore.com
Menurutnya makanan yang kelihatan menarik belum tentu baik untuk kesehatan. Misalnya saja berwarna mencolok. Justru pada makanan yang demikian dikhawatirkan terdapat zat-zat kimia berwarna semacam pewarna tekstil. Apabila dikonsumsi malah dapat membahayakan kesehatan si kecil.
Pada kesempatan ini, nampak hadir pula Drs. Mustofa, Apt, M.Kes, Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BPOM, beliau mengungkapkan bahwa kalau pada tahap jajanan yang dibuat oleh rumahan maupun industri kecil. Maka kewenangan masih berada pada Pemerintah Daerah, bukanlah BPOM. Namun kalau sudah pada tahap masuk ke produksi olahan dan makanan kemasan, barulah menjadi kewenangan BPOM. Oleh karena itulah, tanggung jawab terhadap jajanan anak adalah milik bersama. Bukan hanya pemerintah saja, melainkan juga para orang tua.
“Berkaitan dengan keamanan pangan, sejauh ini BPOM telah melakukan pengawasan. Sebelum makanan tersebut beredar hingga sampai ke peredaran. Tapi kalau makanan tersebut merupakan olahan industri kecil atau rumahan. Maka ada ditangan Pemerintah daerah yang lebih berwenang,” ujarnya.
DR. dr. Rini Sekartini, SpA (K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI Jaya) mengungkapkan, proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh nutrisi dan stimulasi. Asupan nutrisi yang berkualitas harus memenuhi kaidah gizi seimbang, baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin mineral dan juga air. Nutrisi tersebut dapat dipenuhi melalui makanan utama dan makanan selingan atau jajanan. Oleh karena itu jajanan sekolah sebagai makanan selingan penting menjadi perhatian kita bersama. Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan jajanan anak adalah kandungan nutrisi, jumlah kalori, higienitas serta kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP).
"Penggunaan Kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP) atau food additive seperti pewarna sintesis, pengawet berlebih, yang melewati batas yang sudah di uji atau diperbolehkan BPOM dan bahan tambahan bukan untuk pangan seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil bila dikonsumsi akan memiliki efek samping yang bersifat individual atau berbeda-beda pada setiap orang," ucap Rini.
Oleh karena itu, Rini menyarankan agar para orangtua memperhatikan jajajan yang dikonsumsi anak. Agar kesehatan si kecil terjamin, Rini pun mengimbau para orangtua untuk mencermati kandungan nutrisi dalam jajanan anak dan menyiapkan bekal untuk dikonsumsi di sekolah.
Rini juga mengunkapkan pentingnya bagi orang tua untuk memberikan edukasi kepada anak sejak dini. Sebelum ia memasuki usia sekolah. Sehingga anak-anak mampu memilih makanan yang tepat dan sehat untuknya.
Oleh sebab itu masalah jajanan anak sangat lah penting untuk diperhatikan agar pertumbuhan kembang anak tidak terhambat serta mencegah penyakit / efek samping dari jajanan tersebut, demikianlah pokok inti pembicaraan dalam acara seminar.