dr.zaky hasan-medicastore.com
23-12-2015

SMART IVF Indonesia: klinik bayi tabung dari dan untuk Indonesia

Jakarta, 22 Desember 2015.

http://medicastore.com

Meskipun saat ini trend klinik bayi tabung (In Vitro Fertilization atau IVF) di Indonesia cukup menggembirakan, yaitu sebanyak 28 klinik tersebar di berbagai kota, namun masih terdapat beberapa catatan penting terkait hal ini yang perlu ditingkatkan. Pertama, yaitu pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kesehatan dan pasien. Selanjutnya adalah peningkatan akses pasien: klinik IVF seyogyanya tidak hanya ada di kota-kota besar di wilayah Jawa dan Bali tetapi tersebar merata di seluruh Indonesia. Hal penting yang juga harus diperhatikan yaitu tersedianya layanan IVF dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat serta dibutuhkannya advokasi pemerintah. Yang terakhir, yaitu peningkatan kualitas klinik IVF di seluruh Indonesia harus dilakukan secara kontinyu.

Dr.dr.Budi Wiweko, SpOG (K), pakar bayi tabung, dokter FKUI-RSCM sekaligus tim ahli di SMART IVF Bekasi dalam presentasinya menjelaskan, “Tren siklus bayi tabung di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, data dari 28 klinik bayi tabung yang tersebar di 11 kota dan 8 provinsi di Indonesia, terdapat sebanyak 4.827 siklus yang terbagi atas 4.127 siklus baru dan 750 dalam bentuk simpan beku pada tahun 2014. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni tahun 2013 terdapat sebanyak 3.488 siklus baru dan 595 simpan beku. Hal ini menunjukkan terdapat kenaikan sebanyak 18% dalam jangka waktu setahun.”

Dalam penjabarannya, ia menjelaskan, “Selain itu, ekspansi ke kota lain, selain kota besar, juga perlu dilakukan untuk menjamin penyelenggaraan jaminan kesehatan reproduksi dan akses terhadap perawatan gangguan kesuburan. Penting untuk diketahui bahwa klinik bayi tabung bukan hanya untuk mengakses layanan bayi tabung tetapi juga mengenai kesehatan reproduksi dan meningkatkan pengetahuan pasien mengenai infertilitas. Dengan akses yang lebih dekat tentunya dapat mengurangi biaya dan kontrol dapat dilakukan secara teratur sehingga perawatan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal. Kami berharap di masa depan, advokasi dari Pemerintah dan dukungan berupa asuransi dan regulasi pemerintah dapat mendorong percepatan ekspansi klinik bayi tabung di Indonesia.”

Menyikapi kenyataan ini, PT Ingin Anak (PTIA), sebagai pelopor penyedia layanan bayi tabung berbiaya terjangkau di Indonesia menyediakan suatu program yang canggih (Sophisticated), Modern, terjangkau (Affordable), Reproductive, Technology atau SMART IVF.

SMART IVF, tidak sederhana (not simple) prosesnya karena sama dengan proses program bayi tabung lainnya yang melewati 8 tahapan, yaitu pemeriksaan USG, hormon, saluran telur dan sperma, penyuntikan obat untuk membesarkan sel telur, penyuntikan obat penekan hormon, pengambilan sel telur, pembuahan, pengembangan embrio, penanaman embrio serta tahap menunggu hasil. Namun dengan konsep ini, biaya yang diperlukan lebih terjangkau dan dengan demikian kami berharap banyak pasutri yang menginginkan keturunan melalui program bayi tabung dapat terbantu. Protokol dan layanan SMART IVF memungkinkan peserta program bayi tabung untuk lebih efisien dari segi waktu dan biaya karena tidak melewati berbagai pemeriksaan yang mungkin tidak diperlukan dan tidak relevan dalam penanganannya, hal ini disebut dengan SMART-detection. Selain itu, proses bayi
tabung dengan SMART monitoring serta SMART technique dalam tindakan panen sel telur.

dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG, Msc, tim ahli SMART IVF menjelaskan, ”Program bayi tabung merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kehamilan pada pasangan infertilitas (gangguan kesuburan) dengan cara mempertemukan sperma dan sel telur diluar tubuh manusia. Kemudian setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim si calon ibu. Namun demikian, seiring dengan bertambahnya usia seorang perempuan, maka kemampuannya dalam memproduksi sel telur dengan kualitas dan kuantitas yang baik semakin menurun. Dalam hal ini terdapat dua aspek, yaitu usia kronologis ovarium yang dihitung sejak kehidupan intra uteri, dan usia biologis ovarium yang lebih menggambarkan cadangan ovarium dan responnya terhadap proses stimulasi ovarium. Dengan demikian usia kronologis ovarium bisa saja berbeda dengan usia biologisnya.”

Dr. Yassin menjelaskan, “Dengan memberikan edukasi dan pengetahuan pada kaum perempuan mengenai usia biologis reproduksi, maka diharapkan terbangunlah kesadaran dan kepedulian, jika suatu pasangan mendambakan keturunan, ada satu aspek penting yang tidak bisa dicegah yang dapat menjadi kendala yaitu proses penuaan reproduksi, sehingga masyarakat tahu kapan harus segera mencari pertolongan. Semakin cepat ditangani, semakin tinggi peluang keberhasilannya. Jadi Family Planning yang konsepnya komprehensif, tidak hanya membatasi jumlah anak, namun juga melakukan perencanaan reproduksi yang baik.“